Beritagan.com –
Bu Eti harus mengumpulkan satu per satu sisa bulir padi dari hasil panen orang lain. Panasnya cuaca tak dihiraukan, yang ada di pikirannya adalah anaknya tidak lagi menangis karena kelaparan. Ibu Eti sedih jika anaknya makan semua yang kurang. Namun, apalagi memperhatikan asupan gizi, untuk merasa kenyang, Bu Eti harus bekerja keras di tengah sawah seharian.
Terkadang pencarian Bu Eti dari pagi hingga sore membuahkan hasil dan dia mendapat 3 kg beras. Namun seringkali hanya rasa lelah yang didapatnya setelah melewati setiap jengkal sawah untuk mencari sisa nasi.
Nasi yang didapat Bu Eti biasanya dibarter dengan lauk pauk. Sedangkan sebagian nasi lainnya diolah menjadi nasi dan dimasak menjadi nasi untuknya dan anak tunggalnya. Suami Ibu Eti meninggal saat Ibu Eti hamil 3 bulan. Namun ia terus berjuang sampai sekarang untuk anaknya meski membesarkan bayinya di tengah kesulitan hidup dan sendirian.
Apalagi saat musim panen usai. Bu Eti hanya bisa menangis ketika anaknya merengek kelaparan. Kalau ada yang hajatan, Bu Eti tidak malu meminta beras bekas yang terbuang untuk dijemur dan dijadikan kerak nasi agar ada penghasilan.
Ibu Eti dan anaknya tinggal di gubuk yang sudah tidak layak huni lagi. Atapnya telah hancur, dinding yang terbuat dari bilik telah hancur. Saat hujan ia sulit tidur karena air masuk melalui atap yang hampir semuanya berlubang. Sedangkan pada malam hari, angin juga menembus melalui atap dan bilik-bilik yang berlubang.
“Saya sangat ingin memiliki rumah yang layak huni, mampu berteduh dari segala cuaca. Saya juga ingin bisa menyekolahkan anak saya karena tahun depan harus masuk SD,” kata Bu Eti.
Bantuan Donasi: https://www.donationline.id/bantuibueti
Sumber Berita : viralpedia.id