Beritagan.com –
“Bpk Rahmat Simanjuntak telah tinggal bersama istri tercinta selama 17 tahun, karena istrinya tersapu oleh gelombang dahsyat tsunami Aceh tahun 2004, sambil bercerita antara senyum dan kesedihan, Pak Rahmat simanjuntak menjelaskan masa lalunya.
Saat tsunami, keluarganya tinggal di Gampong Seutui, kecamatan Baiturahman, kota Banda Aceh, yang berjarak sekitar 4 KM ke pantai Ulee Lheu, Pak Rahmat saat itu tinggal di rumah bersama 5 anaknya, tetapi istrinya sejak subuh, sebelum gempa. mengguncang Aceh, sempat pergi ke rumah orang tuanya di Ulee Lheu, sehingga ketika tsunami terjadi, istri pak Rahmat tidak bisa menyelamatkan dirinya bahkan jasadnya tidak ditemukan atau hilang, ini adalah momen kesedihan yang mendalam pak Rahmat dan rekannya anak-anaknya, apalagi saat itu 5 anaknya masih kecil dan bersekolah.
Ayah dari 5 orang anak ini bertekad membesarkan anaknya sendiri agar tidak mau menikah lagi, 2 anaknya sudah berkeluarga dan sekarang tinggal bersama 3 anaknya yang belum menikah. Hidupnya sangat memprihatinkan, ia dan keluarganya tinggal di rumah kontrakan di pinggir bank. sungai yang ukurannya hanya 3 x 6 meter. Rumah kotor dan sempit karena keterbatasan fisik
Setelah ditinggal istrinya, Pak Rahmat Simanjuntak, ia harus memutar otak untuk membiayai sekolah anak-anaknya sementara hidupnya tidak memiliki pekerjaan tetap, yang pekerjaannya sebagai penjual mainan anak-anak yang dijual di pasar atau di pasar. tempat ramai, seperti pesta, alun-alun. atau tempat wisata lainnya.
Namun Allah mengujinya lagi dengan yang sangat berat dan menyedihkan, bahwa ia menderita penyakit gula darah yang menggerogoti bagian-bagian tubuhnya yang semakin membesar. anaknya, Pak Rahmat Simanjuntak, setuju untuk dilakukan operasi oleh dokter rumah sakit dan dia tidak bertanggung jawab atas amputasi di tengah paha kaki kanan. Amputasi dilakukan pada tahun 2020
Keterbatasan fisik tidak membuatnya menyerah, ia tidak mau curang atau mengemis karena cacat fisiknya, bahkan jika bisa ia ingin membantu orang lain.
Keterbatasan fisik tidak membuatnya menyerah, ia tidak mau curang atau mengemis karena cacat fisiknya, bahkan jika bisa ia ingin membantu orang lain.
Kehilangan satu kaki, tidak menahan diri untuk sholat berjamaah di masjid, dia rajin sholat dan sholat, bahkan karena takut ketinggalan sholat subuh berjamaah, dia rela tidur di masjid dari Isya sampai pagi dan sering diizinkan oleh pengelola masjid.
Bantuan Donasi: https://www.donationline.id/perjuanganpakrahmat
Sumber Berita : viralpedia.id