Beritagan.com –
Mbah Waipah, yang tunarungu dan buta, tinggal bersama adik perempuannya, Ibu wati (70 tahun), di mana mereka sering kelaparan.
Tinggal di gubuk yang hampir roboh, kayu penyangganya sudah keropos. Mbah wati masih bertahan dan bekerja keras untuk menghidupi adiknya yang benar-benar kekurangan. Mbah Waipah sejak kecil sudah tidak bisa melihat, tidak bisa bicara dan tidak bisa mendengar.
Selama 80 tahun hidupnya, mbah Wati yang merawatnya. Tapi sekarang Bu wati semakin tua, tidak muda lagi, tenaganya dalam bekerja sudah tidak ada lagi. Mbah sudah mulai bosan menjadi kuli di sawah.
Tapi perut masih keroncongan, setiap hari pasti ada makanan yang bisa mereka makan. Tapi mau bagaimana lagi, Bu Wati sudah tidak kuat lagi bekerja.
Hari-harinya, Bu wati hanya bisa mencari kayu di kebun dekat rumahnya. Mbah berharap ada yang membeli kayu bakar agar Mbah Wati dan Mbak Waipah bisa makan.
Satu gulung kayu, mbah jual 10rb saja. Jika seseorang memberi lebih, biasanya mereka membeli 15 ribu. Hari itu saya juga bisa makan.
Selebihnya, saat kayunya belum terjual, saya hanya bingung mau makan apa. Nenek hanya bisa merebus air.
Hanya air yang bisa mereka minum untuk menahan lapar sampai mereka kembali tidur.
Tak jarang tetangga memberi mereka lauk pauk dan nasi agar bisa terus makan. Tapi tidak setiap hari, saya hanya bisa makan enak kalau ada yang hajatan. Selebihnya mereka sering kelaparan.
Bantuan Donasi: https://donasionline.id/nekwati”>https://donationline.id/nekwati
Sumber Berita : viralpedia.id