Beritagan.com –
Namanya Mbah Paikem, usianya lebih dari 90 tahun. Di usia senjanya, mbah Paikem harus tinggal sebatang kara di sebuah gubuk tua yang kumuh.
Beberapa tahun kemudian, keluarga mbah Paikem masih utuh. Suaminya bekerja sebagai buruh tani lepas dan memiliki seorang putra. Namun Tuhan berkehendak lain, kini sang suami dan anak tercinta telah pergi meninggalkan Mbah Paikem untuk selama-lamanya
Meski memiliki kekurangan fisik, mbah Paikem selalu memiliki semangat menjalani hidup. Mbah Paikem setiap hari berkebun untuk mencari kayu bakar dan membersihkan rumah tua aset almarhum suaminya yang kini mulai bobrok.
Kondisi kaki Ibu Paikem memiliki kekurangan. Kaki kanan di lututnya cacat karena 30 tahun lalu ia terjatuh dari atas pekarangan. Akibatnya lutut mbah Paikem mengalami luka yang cukup parah, lututnya menonjol keluar dan berefek pada kaki kanan mbah Paikem sehingga tidak bisa ditekuk.
Untuk berjalan, mbah Paikem harus menyeret badannya dengan tangan tuanya yang ia gunakan sebagai tumpuan.
Tak hanya itu, untuk menjaga kebersihannya, Ibu Paikem berjalan menggunakan karung beras sebagai alasnya. Setiap hari, Mbah Paikem harus berjalan dengan gerobak dorong sedikit demi sedikit melewati ladang untuk mengumpulkan kayu bakar, membersihkan rumah dan bercocok tanam untuk mengisi lumbung padinya yang kosong.
Untuk makan sekali sehari, mbah Paikem mengandalkan dorongan dari orang-orang baik yang membantunya. Meski hidup sebatang kara di usia senja dengan segala keterbatasan tubuhnya, Mbah Paikem selalu berhati mulia.
Ia sering berjalan-jalan keliling sawah di samping rumahnya mencari singkong untuk direbus dan terkadang diberikan kepada orang terdekat yang merawatnya.
Sumber Berita : viralpedia.id