Beritagan.com –
Dini Indriani, sejak usia 2 tahun, ayah tercinta telah meninggalkannya untuk selama-lamanya. Sejak saat itu hanya ibu yang menjadi penopang hidupnya. Ibunya bekerja sebagai penjual makanan, seperti gorengan, lauk pauk, atau kue.
Bepergian dari siang hingga sore, terkadang penjualan tidak laku. Ibunya seorang diri untuk menghidupi Dini dan 2 saudara lainnya.
Untuk membantu ibunya, Dini juga berjualan di sekolah atau sekitar. Biasanya Dini menjual donat atau berbagai macam kue.
Jika ibunya memasak makanan yang dijualnya sendiri, sedangkan Dini mengambil makanannya dari orang lain. Itupun kadang berhasil atau tidak sama sekali.
Dini biasanya memberikan upah yang didapatnya kepada ibunya untuk membeli beras.
“Ibu saya menjualnya menggunakan nampan dan kain samping, saya juga membawa adik perempuan saya. Kasihan ibu, jalan-jalan sambil membawa nampan yang berat,” kata Dini dengan berlinang air mata.
Karena pendapatan keluarga Dini yang tidak menentu, Dini dan saudara-saudaranya sering kelaparan. Makan nasi dan garam saja sudah menjadi menu sehari-hari.
Nasi yang dimasak menjadi nasi juga terkadang hasil pinjaman ibunya dari toko. “Kasihan ibu, dia harus pinjam beras dulu ke toko supaya kita bisa makan nasi. Walaupun gajimu tidak cukup untuk membeli beras, kamu tidak ingin kami kelaparan,” bisik Dini.
Keluarga Dini bersyukur bisa makan setiap hari. Jajan ke sekolah jarang, Dini dan kakaknya dapat dari ibunya, tapi Dini sabar.
Dini dan adiknya tahu bahwa ibunya kesulitan mencari uang. Dini dan adiknya tetap sekolah meski tidak membawa bekal.
Ketika teman-temannya pergi ke kantin saat jam istirahat, Dini dan adiknya hanya bisa duduk di kelas sambil menahan lapar dan mengatakan bahwa mereka sedang berpuasa jika ada yang bertanya.
“Kadang saya tidak makan jajan dan bilang karena saya puasa, ada teman yang bilang katanya puasa setiap hari?” kata Dini sambil menahan air matanya.
Bantuan Donasi: https://donasionline.id/bantudini”>https://donationline.id/bantudini
Sumber Berita : viralpedia.id