Beritagan.com –
Setiap hari Dimas (10) membuat cilok bersama ibunya untuk dijual. Dari pukul 7 pagi hingga siang atau sore hari, Dimas berjalan kaki sambil membawa barang dagangannya. Ayahnya telah meninggal sejak Dimas dalam kandungan ibunya. Jadi dia dan ibunya harus terus berjuang untuk bertahan hidup.
Dimas sudah hampir setahun putus sekolah dan berhenti di kelas 3 SD. Ibu Dimas, Bu Noneng, tidak punya uang untuk membeli perlengkapan sekolah Dimas, seperti seragam, baju, dan lain-lain. Untuk bayar sewa 400 ribu/bulan sama seperti tunggakan.
Sebungkus cilok dibandrol dengan harga 2 ribu rupiah. Ibunya juga berjualan, tetapi hanya di rumah dan di sekitar rumah kontrakannya. Dimas dapat uang 50 ribu untuk keliling Cilok Dimas, kalau laris, malah bisa 70 ribu, tapi itu jarang. Seringkali cilok yang Dimas jual tidak laku. “Uang dari berdagang cilok seringkali hanya pengembalian investasi atau tidak sama sekali. Jadi kalau dapat 50 ribu, setengahnya akan digunakan untuk modal trading besok,” kata Bu Noneng.
Dimas yang berdagang cilok juga sering mendapat cemoohan dari teman-temannya karena Dimas hanya berdagang cilok dan tidak sekolah. Dimas juga sering diejek karena tidak punya ayah. “Kalau ada yang bilang saya miskin dan saya tidak punya ayah, saya suka sedih tapi jawab saya tidak membebani orang tua walaupun saya miskin, saya justru membantu ibu saya,” kata Dimas lirih.
Kini Dimas ingin bisa kembali bersekolah agar bisa mencapai cita-citanya. Dimas terus rajin berjualan agar bisa menabung dan membeli perlengkapan sekolah. “Saya harus rajin membantu ibu agar kami punya uang untuk membayar sewa dan kami bisa terus makan. Saya juga ingin bisa membeli perlengkapan sekolah dan melanjutkan sekolah seperti waktu itu,” kata Dimas lirih.
Bantuan Donasi: https://donasionline.id/perjuangandimas”>https://donationline.id/perjuangandimas
Sumber Berita : viralpedia.id